Feeds:
Posts
Comments

1o kesalahan yang sering dilakukan saat nulis naskah :

  1. Menggunakan tanda koma belum kata “dan”
  2. Banyak pengulangan kata sambung
  3. Banyak kata yang dipakai tidak baku (kebiasaan pakai kata sehari-hari)
  4. Terlalu panjang kata dalam kalimat, kebanyakan paka koma
  5. Pengulangan kata “saya”
  6. Tidak menggunakan huruf kapital untuk penyebutan mana orang, negara, kota, tokoh
  7. Setelah titik tidak menggunakan huruf kapital
  8. Banyak pengulangan kata
  9. Kebanyakan spasi
  10. Terlalu banyak menggunakan tanda (seperti …..)

 SOLO TRAVELLING? SAPA TAKUT 😉

 ALASAN DAN MOTIVASI

“Eh kamu baru balik liburan ke Eropa ya? Pakai travel agent apa?”

“Iya sebulan liburan kesana. Gak pakai travel agent kok, jalan sendiri aja.

“Apa? Ke Eropa sendirian? Serius?”

“Serius dong, lebih hemat jalan sendiri dan tempat yang mau didatangi bebas terserah suka suka aja.”

“Trus kesananya n aik apa? Nginapnya dimana?”

“Kemarin cari tiket maskapai sendiri, trus booking penginapannya online aja, cari kamar dorm jadi lebih murah.”

“Oh ya, trus disana gimana, aman kah jalan sendirian”

Bla bla bla…..

Makin banyak pertanyaan dan obrolan yang terjadi.

Mendengar teman pulang dari sebuah perjalanan apalagi perginya sendiri keluar negri lagi, tentu saja membuat telinga panas. “Wow dia aja bisa jalan sendiri masak aku tidak bisa sih”. Rasa tertantang pun muncul setelah mendengar cerita perjalanannyam apalagi jika teman yang melakukan perjalanan sendiri itu bukan tipe orang yang menyukai tantangan maupun bisa dikatakan orang biasa-biasa saja yang jarang sekali melakukan liburan sendiri. Tentu saja hal ini bisa menjadi motivasi seseorang untuk mencoba melakukan perjalanan sendiri.

………………………………………………………………………………………………………………………………

Seorang karyawan yang bekerja mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore, rutinitas berulang dari senin sampai jumat dengan setimpuk tugas dikantor. Atau mahasiswa dengan beragam tugas dari dosen yang harus diselesaikan, tentu akan menghadirkan rasa bosan dan jenuh. Hal inilah yang membuat seseorang memutuskan keluar sejenak dari rutinitas harian (comfort zone) dengan melakukan perjalanan ketempat yang berbeda, tak sedikit dari mereka memilih perjalanan seorang diri.

Menghilang sejenak ke tempat yang jauh dan sangat berbeda dengan rutinitas, dapat menyegarkan pikiran dan membuat “mood” menjadi lebih baik setelah kembali kekehidupan sehari-hari.

…………………………………………………………………………………………………………………………………

Saat ini banyak sekali komunitas jalan-jalan secara online dan offline. Tak sedikit dari komunitas itu yang melakukan gathering atau pertemuan-pertemuan. Dengan mengikuti gathering atau sekedar kumpul dengan orang-orang yang pernah melakukan perjalanan, kita bisa mendapat banyak informasi tentang pengalaman mereka melakukan perjalanan kesuatu tempat. Informasi-informasi detail bisa kita peroleh saat ngobrol dan bertanya langsung ke mereka. Pelajaran dan tips-tips yang mereka berikan, tentu saja sangat bermanfaat dan membantu kita untuk melakukan perjalanan ketempat yang sama. Dari sanalah rasa percaya diri untuk mencoba melakukan perjalanan mandiri muncul dan meyakinkan diri bahwa bisa melakukannya. Dan tentu saja kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi atau dialami mereka saat melakukan perjalanan sebelumnya menjadi pelajaran berharga buat kita agar tidak terjebak atau tertipu dikejadian yang sama.

…………………………………………………………………………………………………………………………………..

Mencari informasi apapun saat ini sangatlah mudah. Cukup terkoneksi dengan internet, buka google lalu ketik apa yang mau dicari, dalam hitungan detik informasi yang diinginkan segera muncul. Begitu juga informasi perjalanan, dengan mudah bisa dicari. Cerita pengalaman perjalanan seseorang, rute perjalanan, informasi suatu tempat, budaya adat istiadat suatu daerah dan perkiraan biaya perjalananpun lengkap tersedia. Dengan banyaknya informasi yang ada, sangat mempermudah dan membantu seseorang untuk membuat itinerary dan mencoba melakukan perjalanan mandiri.

Menyusun itinerary perjalanan tidaklah sulit. Saat ini banyak negara yang membuat website mengenai tempat-tempat wisata mana saja yang ada ditiap kota negaranya. Tidak hanya itu, informasi mengenai transportasi, penginapan dan saran itinerary mereka tampilkan dihalaman websitenya. Seperti Korea Selatan dan Jepang, informasi mengenai wisata dinegara tersebut sangat lengkap dan mudah dicapai dengan transportasi umum. Lama perjalanan kesetiap objek wisata bisa kita prediksi, sehingga waktu liburan kita bisa sangat maksimal. Biasanya waktu yang bisa dipakai untuk liburan sangat terbatas, agar rencana perjalanan yang kita buat lebih efektif penyusunan itinerary sangat dibutuhkan. Setidaknya itinerary secara umum kota tujuan.

Sebagai contoh jika kita ingin mengunjungi Jepang, ada salah satu website yang sangat lengkap dan membantu sekali yang bisa kita buka untuk  penyusunan menyusun itinerary yaitu http://www.japan-guide.com/. Di website tersebut, kita bisa memilih kota mana yang ingin kita datangi. Objek wisata apa saja yang ada dikota tersebut, aneka pilihan penginapan, jenis makanan, tempat berbelanja, acara atau festival apa saja pada setiap musim, lama perjalanan, moda transportasi mulai dari bus, kereta ataupun sewa kendaraan, bahkan paket tour pun tersedia. Tinggal kita pilih dan atur sendiri tipe liburan seperti apa yang ingin kita lakukan. Dengan memilih moda transportasi, penginapan tipe apa saat menginap disana, perkiraan biaya makan setiap hari dan objek wisata apa saja yang ingin kita kunjungi, maka biaya yang akan kita keluarkan bisa diprediksi. Sehingga anggara dana yang kita butuhkan bisa kita persiapkan jauh-jauh hari dengan menabung.

…………………………………………………………………………………………………………………………………

Tidak sedikit seseorang melakukan perjalanan karena alasan iseng. Iya iseng, penasaran ingin mencoba membuktikan bahwa dirinya mampu melakukan perjalanan sendiri. Dengan banyaknya informasi yang bertaburan diinternet dan cerita-cerita dari buku-buku perjalanan yang banyak dijual di toko buku membuat seseorang ingin mencoba. Biasanya mereka melakukan perjalanan dengan mengikuti agent travel yang harga nya lumayan, dengan mencoba melakukan perjalanan sendiri tentu saja biaya yang dikeluarkan bisa lebih hemat dan dapat digunakan untuk berbelanja dan membeli oleh-oleh.

Perjalanan sendiri tidak hanya bisa dilakukan orang yang berusia muda saja kok. Banyak orang-orang yang telah berusia diatas 50 tahun mencoba untuk melakukan perjalanan sendiri. Untuk keamanan tenang tidak perlu khawatir, pada dasarnya setiap tempat itu sama. Dalam arti segala sesuatu ada dua sisi baik dan buruk. Tergantung cara kita membawa diri saja, karena berada dinegri orang tentu saja kita harus menghormati budaya adat istiadat setempat. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan perlu diketahui agar perjalanan kita menjadi menyenangkan dan aman.

 

PERSIAPAN

Dana

Banyak orang yang bertanya, “gimana sih caranya bisa jalan-jalan keluar negeri, duh asiknya bisa jalan-jalan keluar negri, saya juga pengen”. “Nabung” biasanya itu jawaban pertama yang saya beri kalau ada yang tanya. Banyak atau sendikit pastinya setiap perjalanan membutuhkan biaya. Beda kasus kalau perjalanan yang dilakukan akan dibayar atau ditraktir orang lain ya J. Baik itu perjalanan dalam negri maupun keluar negri, dana hal yang wajib perlu dipersiapkan. Mau tidak mau, menabung harus  dilakukan agar biaya yang kita butuhkan terkumpul.

 

Visa

Kalau paspor, identitas yang dibutuhkan untuk keluar negeri, visa dibutuhkan untuk memasuki suatu negara. Memang tidak semua negara mewajibkan pemegang paspor Indonesia mengurus visa dikedutaan jadi kita warga Indonesia cukup membawa paspor saja untuk masuk ke negaranya, namun bagi negara yang membutuhkan visa kita wajib menyiapkan beberapa dokumen sebagai syarat pengajuan visa dan mengurus proses pembuatan visa di kedutaan masing-masing negara tujuan..

Selain itu ada juga VOA (Visa On Arrival), visa yang bisa kita peroleh tanpa harus mengurus dikedutaan. Ada bisa diperoleh saat tiba dinegara tujuan namun ada juga yang harus diperoleh secara online di website.

Berikut ini beberapa negara yang membebaskan pemagang paspor Indonesia masuk tanpa visa atau hanya menggunakan VOA :

  1. Armenia
    Visa on arrival – 120 days

 

  1. Bahrain
    eVisa – eVisa from October 2014

 

  1. Belarus
    Visa required – Visas are issued on arrival at the Minsk International Airport if the support documents were submitted not later than 3 business days before expected date of arrival

 

  1. Burundi
    Visa on arrival – 30 days; obtainable at Bujumbura International Airport

 

  1. Cambodia
    Visa not required – 30 days

 

  1. Cape Verde
    Visa on arrival

 

  1. Chile Visa
    not required for 90 days

 

  1. China
    Visa required – Indonesian citizens may travel without a visa to Hainan, Hong Kong and Macao. Reciprocal visa-waiver is currently under consideration.

 

  1. Colombia
    Visa not required – 90 days on arrival, extend another 90 days for 180 days total

 

  1. Comoros
    Visa on arrival

 

  1. Djibouti
    Visa on arrival

 

  1. Dominica
    Visa not required – 21 days

 

  1. Ecuador
    Visa not required – 90 days

 

  1. Fiji
    Visa not required – 4 months

 

  1. Gambia
    Visa not required – 90 days; must obtain an entry clearance from the Gambian Immigration prior to travel
  2. Guinea-Bissau
    Visa on arrival – 90 days
  3. Haiti
    Visa not required – 3 months
  4. Hong Kong
    Visa not required – 30 days
  5. India*
    Update: VOA for Indonesians phased out on 25 January 2015. Must now obtain the e-tourist Visa.
  6. Iran
    Visa on arrival – Conditions apply
  7. Jepang
    Visa required – 15 days; (Conditional) Visa waiver for regular Indonesian e-passport holders is scheduled to begin from December 1st 2014
  8. Jordan
    Visa on arrival – 3 months
  9. Kenya
    Visa on arrival – 3 months
  10. Kyrgyzstan
    Visa on arrival – 1 month
  11. Laos
    Visa not required – 30 days
  12. Madagascar
    Visa on arrival – 90 days
  13. Malaysia
    Visa not required – 30 days
  14. Maldives
    Visa on arrival – 30 days
  15. Mali
    Visa on arrival
  16. Mauritania
    Visa on arrival
  17. Micronesia
    Visa not required – 30 days
  18. Morocco
    Visa not required – 3 months

33.  Myanmar
Visa not required – 14 days (Visa waiver agreement signed), Also eVisa for 28 days; holders must arrive via Yangon, Nay Pyi Taw or Mandalay airports.

34.  Nepal
Visa on arrival – 90 days

35.  Nicaragua
Visa on arrival – 90 days

36.  Oman
Visa on arrival – 1 month 20 Rial (± $50) or 5 rial (±$15) for 10 days

37.  Palau
Visa on arrival – 30 days

38.  Papua New Guinea
Visa on arrival – 60 days

39.  Peru
Visa not required – 183 days

40.  Philippines
Visa not required – 30 days

41.  Saint Vincent and the Grenadines
Visa not required – 1 month

42.  Samoa
Entry Permit on arrival – 60 days

43.  Serbia
Visa required – Visa free for a maximum stay of 90 days for valid visa holders or residents of the European Union member states and the United States

44.  Seychelles
Visitor’s Permit on arrival – 1 month

45.  Singapore
Visa not required – 30 days

46.  Somalia
Visa on arrival – 30 days, provided an invitation letter issued by the sponsor has been submitted to the Airport Immigration Department at least 2 days before arrival

47.  Sri Lanka
Electronic Travel Authorisation – 30 days

48.  Tajikistan
Visa on arrival – 45 days

49.  Tanzania
Visa on arrival

50.  Thailand
Visa not required – 30 days

51.  Timor-Leste
Visa on arrival – 30 days

52.  Togo
Visa on arrival – 7 days

53.  Turkey
eVisa – 1 month

54.  Tuvalu
Visa on arrival – 1 month

55.  Uganda
Visa on arrival

56.  Vietnam
Visa not required – 30 days

57.  Zimbabwe
Visa on arrival – 3 months

 

Itinerary

Itinerary adalah rencana perjalanan yang akan kita lakukan, kemana saja agenda perjalanan kita akan lakukan. Sifatnya tidak harus mutlak, itinerary tidak jarang berubah ketika kita tiba ditempat tujuan. Tergantung masing-masing orang, kadang saat mereka merasa nyaman disuatu tempat atau memutuskan untuk tinggal lebih lama, itinerary bisa berubah sewaktu-waktu.

Itinerary dibutuhkan sebagai panduan rencana perjalanan kita saja agar tidak bingung mau kemana selama kita jalan. Itinerary bisa dibuat secara umum (kota tujuan saja) atau bisa juga detail (objek wisata apa saja yang akan dikunjung disetiap kota). Tergantung sang traveler menjalankannya.

Dalam penyusunan itinerary, kita bisa mencari informasi dari internet atau dari buku-buku perjalanan yang ada ditoko buku. Sangat banyak informasi yang kita bisa pakai dalam penyusunan itinerary sehingga kita perlu  menyesuaikan saja waktu yang kita miliki kira-kira tempat mana saja yang memungkinkan untuk didatangi

Tidak lupa informasi rute transportasi kita masukkan kedalam itinerary kita, sehingga kita bisa memprediksi lama waktu yang dibutuhkan untuk  menempuh suatu lokasi. Moda transportasi pun perlu diperhitungkan. Jika menggunakan kendaraan umum yang mempunyai jadwal keberangkatan, kita tidak kelabakan dan kehilangan banyak waktu karena ketinggalan kereta atau bus.

Menyusun itinerary bisa dibilang gampang-gampang susah, apalagi waktu kita liburan tidak banyak sedangkan keinginan lokasi yang ingin dikunjungi banyak. Sebaiknya tentukan prioritas lokasi mana saja yang utama kita ingin kunjungi. Dari sana kita bisa memprediksi lama waktu baik perjalanan menuju lokasi maupun lama waktu yang kita perlukan menikmati tempat tersebut. Setelah lokasi utama kita susun perharinya, barulah kita bisa selipkan lokasi tambahan yang ingin kita datangi jika waktunya memungkinkan.

Tidak harus kejar target kok dalam penyusunan itinerary, yang paling penting kita menikmati perjalanan yang kita lakukan. Beberapa lokasi saja cukup sebenarnya yang penting kita bisa nyaman menjalaninya.

Harus diingat, selama perjalanan bisa dibilang kita akan capek kesana kemari, oleh karean itu  kesehatan tubuh harus dijaga, kalau sakit karena kelelahan tentu sangat tidak nyaman untuk melanjutkan perjalanan. Keadaan alam suatu negara berbeda beda, kita yang bisa tinggal dinegara tropis lalu melakukan perjalanan dinegara yang memiliki 4 musim harus memperhatikan dengan baik hal-hal apa saja yang perlu kita persiapkan. Pakaian harus kita sesuaikan dengan musim apa pada saat itu. Musim semi, musim panas, musim gugur dan musim salju tentu pakaian yang perlu kita kenakan berbeda. Jadi jangan sampai salah kostum saat liburan, bisa berakibat fatal jika kita datang saat musim salju tanpa membawa jaket.

Info Tentang Tempat Tujuan

Lain padang lain ilalang, pepatah ini dibutuhkan saat kita akan melakukan perjalanan di suatu tempat. Beda tempat tentu mempunyai kebiasaan, adat istiadat dan budaya yang berbeda. Ini perlu diperhatian, kita harus tau kebiasaan masyarakat setempat, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, perbuatan apa saja yang dianggap tidak baik atau tidak sopan.

Bingung nyari taunya dari mana? Tenang saat ini dengan kemajuan teknologi kita bisa mencari tau banyak hal termasuk budaya setempat. Gunakan internet untuk mencari informasi-informasi yang kita butuhkan. Dengan mengetahui hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan, selain membuat perjalanan kita lebih nyaman dan menyenangkan, kita juga telah menghormati dan menghargai penduduk setempat. Tinggalkan kesan yang baik saat kita traveling. Karena secara tidak langsung kita menjadi duta negara kita masing-masing. Banyak penduduk lokal yang tidak mengetahui dimana itu negara Indonesia, atau seperti apa Indonesia itu. Dengan kita bersikap sopan dan menghargai penduduk lokal akan meninggalkan kesan baik kependuduk setempat seperti apa orang Indonesia itu.

 

KISAH PERJALANAN TRAVELLING SENDIRI

 

Kado Ultah di Puncak Fujisan

Liburan ke Jepang kali ini merupakan kado ultah yang saya persiapkan untuk diri sendiri. Kok gitu? ya soalnya gak ada yang ngasih kado hiksss… :p

Tujuannya sederhana saja, sebagai bentuk sayang dan menghargai diri sendiri, saya sengaja memberi waktu spesial untuk menikmati liburan disuatu tempat yang baru dan enjoy melihat sisi lain kehidupan.

Kado inti adalah puncak gunung fuji, tapi jujur masih ragu antara iya dan tidak. Secara bulan Juli tahun ini kan Romadhon otomatis jadwal mendaki pasti lagi puasa, ditambah lagi sendirian perginya.

Walaupun ragu dan tidak yakin akan mampu mendaki gunung fuji, tapi tetap saja tubuh secara refleks memasukkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk mendaki. Jaket tebal, headlamp, sarung tangan dan celana training semuanya tersusun rapi didalam backpack. Walaupun jadi berat ya biarin aja lah didalam backpack toh gak tau jadi apa engga nantinya. Kalo pun batal mendakinya ya sudah” pikir otakku waktu itu.

Setiba di Tokyo dengan mengucapkan bismillah, saya putuskan membeli tiket bis Tokyo-Kawaguchi dan 5th station-Tokyo.

Petugas loket bertanya, “mo mendaki gunung fuji ya?”. “Iya” Jawab saya mantap.

Tapi ekspresi wajahnya membuat saya bimbang. “Sendirian?” tanyanya lagi.

Saya pun menjawab “iya”. “hmm apakah saya bisa beli tiket bis Kawaguchi-5th station disini? Menurut anda jam berapa kira-kira bagusnya saya ambil tiket dari 5th station ke Tokyo karena khawatir kalo ambil jam 1 siang saya belum turun dari gunung fuji, sayang kalau tiketnya hangus.

“Sebentarnya saya tanya teman saya dulu karena saya belum pernah mendaki gunung fuji”. Jelasnya.

Eng ing eng logika pun langsung bermain “orang Jepang aja gak semua pernah mendaki, lah saya mo pergi sendiri?”. “Husss jangan berpikiran macem-macem, kan tadi udah bismillah, yakin aja pasti bisa kok. Kan udah baca-baca juga dari hasil googling banyak kok yang mendaki sendiri bahkan anak kecil pun berani mendaki.” Jawab hati menenangkan perasaan saya.

Cukup lama menunggu tampaknya dia dan temannya juga bingung menentukan kira-kira jam berapa bagusnya. Akhirnya diapun datang dan bertanya

“apakah kamu pernah mendaki sebelumnya?”.

“Jlep tentu saja belum pernah” batin saya (tapi saya gak jujur bilang belum, hanya bilang pernah di Indonesia. Walaupun bukan gunung, tapi kan anak gunung krakatau, gunung padang dan gunung galunggung pernah dinaiki kok. Mencoba mencari pembenaran.

Lalu dia menjelaskan “kalo belum pernah mendaki gunung fuji sebaiknya jangan, karena cuaca diatas sana ekstrim dan medannya lumayan berat. khawatirnya terjadi hal yang tak diinginkan, apalagi sendirian.”

Eng ing eng logika mulai ngotot “tu petugasnya yang jelas-jelas orang Jepang aja bilang jangan, ditambah lagi puasa ntar malah batal puasanya kan sayang”. Tapi dengan bijak hati menegaskan “It’s your dream, kalo mo mewujudkan sekarang saatnya “Do it Now or Never”.

Baik saya gak mau jadi pengecut yang menyerah sebelum berperang. Saya jawab dengan tenang ke petugas. “Gak papa kok, saya akan coba, mungkin sebaiknya aku ambil yang jam 2 siang aja tiketnya biar gak ketinggalan bis waktu turun gunungnya”, sambil tersenyum  (padahal dag dig dug deg door galau akut….).

Setelah membayar tiket bis, petugasnya berkata “Selamat mendaki, moga berjalan lancar ya” sambil tersenyum.

Ok tiket udah ditangan gak ada lagi alasan untuk mundur mendaki fuji. Masak tega banget buang-buang uang. Ayo pantang mundur sebelum berperang. Dengan segudang perasaan, senang, penasaran, khawatir, takut, cemas, bahagia dan entah rasa apa lagi didada ini, semua itu saya bawa pulang ke hostel dengan senyum yang mengembang.

Sebelum melakukan pendakian ke Fuji, ada beberapa tempat yang saya kunjungi. Sesuai jadwal yang telah dibuat, 2 hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta adalah waktu mendaki. Jadi setelah turun dari gunung fuji langsung menuju bandara.

……………………

Pagi hari hanya berjalan dan duduk-duduk ditepi danau Kawaguchi sambil menikmati alam yang indah nan sepi dan tenang. Segar mata dan paru-paru duduk disini. Sambil membaca dan sesekali melemparkan pandangan ke air yang biru, pepohonan hijau nan rindang dan langit yang cerah, saya menikmati ketenangan ini sebelum mendaki nanti malam..

Pukul 16.30  dari Kawaguchi station dengan menaiki bis saya berangkat ke 5th station (tarif bis oneway 1500 yen tapi kalo kita ambil PP tarifnya 2000 yen). Beberapa menit sebelum tiba disana kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Awan-awan dtepi jalan berwarna putih bergumpal seperti kapas. Bersih dan indah. Jalur kesana menanjak sehingga kita telah akan berada diketinggian dimana  ditepian jalan yang dilalui adalah hutan dan jurang, rasanya ngeri-ngeri sedap.

Setelah tiba di 5th station saya tidak langsung mendaki, sesuai saran dari seorang teman Jepang yang aku temui di bis pada waktu berangkat ke Kawaguchi 2 hari yang lalu, sebaiknya duduk-duduk dan jalan-jalan dulu di 5th station menyesuaikan kondisi tubuh dengan lingkungan sekitar agar tubuh tidak kaget. Memang bener saran dia, karena udara disana dingin dan berbeda sekali dengan udara di Tokyo dan Kawaguchi yang panas banget. Saya pun langsung memakai jaket dan berkeliling disekitar sambil berfoto-foto ria.

Mengingat belum punya tongkat sebagai alat bantu dan teman untuk mendaki, saya putuskan mampir dulu membeli tongkat kayu di toko yang ada disana seharga 1300 yen. Setelah membeli tongkat, lanjut mampir ke toko sebelahnya dan membeli air minum. Ternyata ditoko itu ada pegawai orang Jepang yang menyapa saya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Wah  ternyata dia jago bahasa Indonesia dan sering liburan ke Indonesia, menurutnya Indonesia itu indah dan orangnya juga baik-baik, rencananya  November nanti dia akan ke Padang. Selama di Indonesia dia selalu dibantu penduduk lokal dan teman-temannya yang orang Indonesia, jadi kalo ada orang Indonesia yang dia temui di Jepang dia akan dengan senang hati membantu. Diapun menanyakan apa yang bisa dia bantu. Wah senangnya bisa bertemu dengan orang yang bisa berbahasa Indonesia. Karena masih bingung dengan medan Fuji, saya minta tolong dia menjelaskan medan kesana dan jalannya.

Katanya “karena nanti jalannya malam hari, takutnya bingung dan nyasar, nanti waktu jalan dan bertemu tikungan, ambil arah yang sebelah kanan dan jalannya nanti menanjak ke atas”. (ada petunjuknya sich tapi biar gak bingung saya selalu mengingat nasehat dia).

Setelah berbuka puasa dan solat jamak maghrib isya dibangku taman yang berada disamping toilet (azan maghrib jam 19.00), sayapun memulai pendakian pukul 19.30.

Agar tidak menguras tenaga yang bikin capek dan lemas, jadi dari awal perjalanan mendaki saya usahakan berjalan dengan kecepatan stabil dan tidak terburu-buru walaupun medan tidak terlalu sulit dan berat sampe pos 6 dan 7. Medan mendaki awalnya tanah biasa lalu berpasir dengan krikil kemudian berbatu-batu kecil dan akhirnya batu-batu besar yang tinggi dan sudutnya kemiringannnya subhanalloh banget nyaris 80an derajat. Mungkin bagi orang yang bisa mendaki medan seperti ini biasa saja, tapi bagi saya yang sangat jelas bukan seorang pendaki tentu saja ini tantangan yang sangat menakjubkan. Semakin lama jalan yang dilalui semakin sulit, apalagi mulai pos 8 hingga puncak.

Perpaduan batu-batu besar curam, miring dan besar dengan udara yang semakin dingin bener-bener menjadi pengalaman pertama yang tak terlupakan sama sekali. Alhamdulillah waktu liat perkiraan cuaca kemaren hari ini gak hujan, tidak terbayang jadinya kayak apa jika turun hujan, bisa-bisa jadi patung manusia beku diri ini disini.

Di pos 6 saya bertemu petugas yang memberikan brosur penjelasan gunung fuji, contact person, titik-titik ketinggian, toilet, jalur mendaki dan menurun semua lengkap dikertas itu.

Salut banget  melihat petugas yang ada disana, ditikungan posisi rawan dan agak ke jurang, akan ada petugas disudut-sudut titik tersebut yang menjaga dan memberikan tanda arah jalur yang benar agar kita tidak salah jalan dan tetap aman. Walaupun udaranya sangat dingin dan tempatnya sangat tinggi, mereka tetap bertugas dan tidak tampak diwajah mereka rasa mengantuk dan kelelahan, semua dengan wajah saiga dan terjaga (padahal kita semua yang jalan ini udah ngos ngosan, menggigil dan mengantuk :p)

Makin lama suhunya semakin dingin dan tangan ini serasa memagang batu es padahal sudah pake sarung tangan. Setiba di pos 9, saya putuskan untuk membeli mie instan yang telah disedu agar merasakan hangatnya saat memegang wadah cup mie yang panas, ya itung-itung sekalian sahur juga. Walaupun cup mie itu panas, tapi saat tangan ini memegangnya rasa panas sama sekali tidak terasa sangking dinginnya udara disana.

Sepanjang jalan banyak saya temui “korban-korban’ yang berjatuhan. Sebenernya sih gak capek kok mendaki gunung fuji itu, tapi cuaca yang sangat dinginlah yang membuat orang-orang berjatuhan. Walaupun udah pake baju 2 lapis plus jaket tapi dinginnya itu benar-benar menusuk tulang bikin tubuh lemas kalo gak banyak bergerak.

Melihat matahari terbit diketinggian seperti ini benar-benar spesial, cuaca yang cerah membuat pemandangan alam perbukitan dan danau disana terlihat jelas tanpa dihalangi kabut dan awan.

Tidak lama saya berada dipuncak, setelah solat subuh, berfoto-foto ria, menikmati pemandangan sejauh mata bisa memandang dan menstampel tongkat sebagai bukti kalo pernah berada disana (tapi tongkat tersebut hari ikhlas saya tinggalkan dibandara haneda karena tidak boleh dibawa ke kabin hiksss), saya putuskan untuk turun.

Jalur turunnya berbeda dengan jalur naik. Kalau waktu  naik betemu dengan batu-batu besar yang curam, medan turun harus melewati jalur tanah yang berdebu, krikil dan berpasir. Menurut saya jalur menurun ini lebih sulit daripada mendaki. Tanahnya yang berpasir dan berkrikil ini yang bikin sulit untuk berjalan. Entah berapa belas kali atau mungkin lebih dari 20 kali saya harus terjatuh karena terpeleset dan terperosok dijalan.

Perjalanan menurun ini rasanya benar-benar lama dan panjang, dari mulai berjalan ditanahnya yang berwarna merah, lalu berubah tanah coklat kemudian tanahnya hitam, lalu balik tanah merah lagi tapi tetap tidak sampai-sampai juga dibawah. Aahhh bener-bener menguras banyak tenaga jalan menurun ini.

Akhirnya jam 12 siang tibalah saya di 5th station. Setelah berganti pakaian di toilet (di toilet kita tidak diperbolehkan untuk mandi, hanya bisa membersihkan wajah di kram air saja), saya melanjutkan perjalanan pulang ke Tokyo dengan menggunakan bis pukul 1 siang.

Awalnya tiket bis yang saya beli pukul 2 siang, tapi karena capek harus nunggu lama, saya pun menemui petugas counter bis untuk merubah jadwal menjadi pukul 1 siang. Alhamdulillah petugasnya baik dan mau menggantikan jadwal. Sekitar 3 jam perjalanan, pukul 4 sore tibalah saya di Shinjuku station.

Taukah kalian, rasanya setelah berhasil mewujudkan mimpi itu benar-benar indah dan membahagiakan.

 

Menakluk Mimpi di Negri Awan Machu Picchu

“Sorry yout flight is canceled” kata petugas counter saat saya akan melakukan check in di bandara New York.

“What!!!”. Seketika badan langsung lemas, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

“Kenapa dibatalkan pak, saya harus berangkat sekarang karena saya ada penerbangan lanjutan besok pagi dari Lima ke Cusco” Terang saya sambil menunjukkan print tiket penerbangan Lima ke Cusco.

“Maaf tapi kami telah memberitahu anda melalui email kemarin kalau penerbangan New York ke Florida akan dibatalkan dan dipindahkan besok”. Jelas petugas.

“Tapi saya tidak terima emailnya kemarin” Terang saya. Memang dari kemarin belum bisa online karena tidak mendapat sinyal wifi.

“Aduh bingung harus bagaimana ini” batin saya, akhirnya saya meminta tolong kepada petugas tersebut untuk membantu mencarikan penerbangan jadwal lain yang berangkat hari ini. Lalu petugas tersebut menghubungi seseorang untuk mencarikan penerbangan lain. Beberapa menit saya menunggu, sambil berdoa semoga ada jadwal hari ini yang bisa mengantarkan saya ke Florida.

“Maaf semua jadwal penerbangan hari ini sudah penuh”. Katanya.

“Bisa dicek lagi penerbangan dengan maskapai lain pak” Pinta saya. Lalu petugas tersebut menghubungi seseorang kembali. Namun lagi-lagi hasilnya nihil.

“Begini saya, jika anda ingin membatalkan penerbangan hari ini, maka uang tiket anda akan kami kembalikan 100%, atau anda melanjutkan penerbangan besok”.

Tawaran yang diberikan oleh petugas tesebut merupakan tawaran yang sangat sulit untuk dipilih. Tentu saja saya tidak ingin membatalkan penerbangan saya begitu saja setelah melalui perjalanan panjang dari Indonesia sampai sini, namun sangat riskan kalau saya meneruskan penerbangan besok, mengingat jadwal perjalanan saya ke Machu Picchu ini sangat padat, terjadi perubahan atau kendala lagi sedikit saja hancur semuanya.

Rute perjalanan yang saya lakukan pertama, menggunakan pesawat dari New York ke Lima (Ibu Kota Peru) transit di Fort Lauderdale (Forida). Lama perjalanan dari New York ke Fort Lauderdale sekitar 3 jam, kemudian lanjut ke Lima sekitar 6 jam.

Kemudian dari Lima lanjut ke Cusco menggunakan pesawat sekita 1 jam. Setiba di bandara Cusco perjalanan dilanjutkan menggunakan taksi menuju Pavitos sekitar 15 menit perjalanan, kemudian dari Pavitos menggunakan collective (kendaraan umum disana) menuju Ollantaytambo dengan lama perjalanan sekitar 2 sampai dengan 2,5 jam.

Di Ollantaytambo rencananya akan stay 1 malam untuk penyesuaian kondisi tubuh agar tidak terserang AMS (Accute Mountain Sickness). AMS adalah penyakit ketinggian yang dapat menyerang seseorang pada saat seseorang berada diketinggian. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suatu daratan membuat paru-paru dan jantung bekerja sangat keras untuk mengkompensasi hal tersebut. Gejala terserang AMS yaitu timbul rasa mual, sakit kepala, pusing, sesak napas, sulit tidur dan kelelahan, semakin parah penyakit ini menyerang maka tubuh akan kehilangan keseimbangan, perilaku irrasional, detak nadi sangat cepat, sakit kepala parah, muntah-muntah dan batuk terus menerus. Karena posisi Ollantaytambo lebih rendah maka tubuh bisa beradaptasi dahulu.

Lalu besok siang perjalanan dilanjutkan ke Aquas Caliente dengan menggunakan kereta, lokasi terdekat menuju Machu Picchu. Tinggal semalam di Aquas Caliente, baru besok paginya menuju gate Machu Picchu menggunakan bus. Rute yang sangat padat.

Dan ini lah yang membuat saya shock berat saat mendengar penerbangan ke Lima Peru diganti keesokkan hari. Sudah sejauh ini tidak mungkin saya membatal berangkat. Machu Picchu yang berarti “Gunung Tua” dalam bahasa Quechua, menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak tahun 1983. Sering juga disebut sebagai “Kota Inca yang hilang” merupakan situs arkeologi peninggalan suku Inca yang berada diatas lembah Urubamba di Peru sekitar 70 km barat laut Cusco wilayah pegunungan pada ketinggian sekitar 2.350 m diatas permukaan laut. Para ahli memperkirakan Machu Picchu dibangun sekitar tahun 1400an, namun ditinggalkan seratus tahun kemudian ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan kerajaan Inca.

Namun kalau pun saya paksakan berangkat dengan mengambil pilihan penerbangan keesokan hari, kekhawatiran lain muncul. Bagaimana kalau ternyata penerbangan lainnya ditunda atau dicancel juga.  Apakah waktunya cukup melanjutkan perjalanan ke Aquas Caliente menggunakan kereta hari itu juga dari bandara Cusco. Bagaimana kalau saya sampai terserang AMS karena tubuh dipaksakan melanjutkan perjalanan seorang diri, siapa yang akan membantu jika terjadi apa-apa.

Kesulitan membuat keputusan ini membuat saya untuk  meminta waktu 1 jam kepada petugas untuk berpikir. 1 jam waktu yang saya miliki digunakan untuk googling dengan memanfaatkan wifi yang ada dibandara dan berkonsultasi kepada teman-teman yang pernah pergi kesana. Setelah mempertimbangan dalam waktu yang singkat akhirnya saya putuskan terus melanjutkan penerbangan ke Lima, tentu dengan konsekuensi saya harus menghanguskan tiket  dari Lima ke Cusco besok dan harus membeli tiket baru untung keberangkatan lusa.

Hal lain seperti AMS saya hanya bisa berdoa semoga kondisi tubuh baik-baik saja selama perjalanan, namun ada satu hal lagi yang saya khawatirkan dan ini bisa menghancurkan mimpi ke Machu Picchu, yaitu perjalanan dari Cusco ke  Ollantaytambo. Rencana awal saya buat, dari bandara Cusco ke Pavitos menggunakan taksi dengan biaya sekitar 25 soles (kurs 1 soles genapin aja Rp.5000,-, jd sekitar Rp.125.000) lalu lanjut menggunakan collective ke Ollantaytambo dengan biaya 20 soles (sekitar Rp.100.000). Namun kalau pesawat dari dari Lima ke Cusco delay mau tidak mau saya harus menggunakan taksi menuju Ollantaytambo dengan biaya sekitar 150 sampai dengan 200 soles (sekitar Rp. 1.000.000). Selisih rupiah yang sangat lumayan besar memang, namun bukan itu yang saja yang menjadi kemungkinan kendalanya,  tapi perjalanan darat yang cukup lama tersebut bisa menjadi lebih lama jika terjadi musibah lain terjadi selama perjalanan ke Ollantaytambo seperti ban pecah, terjadi longsor atau musibah lainya yang bisa menyebabkan saya ketinggalan kereta menuju Aquas Caliente.

“Ah sudahlah jangan terlalu mendramatisir kemungkinan yang belum terjadi, berdoa saja optimis semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan.” Hibur suara dari dalam hati.

Itulah seni sebuah perjalanan, kejutan-kejutan diluar prediksi bisa saja muncul tanpa diduga. Warna warni emosi bermain dan dapat merubah “mood” dalam hitungan detik. Keberanian mengambil keputusan yang sulit dalam waktu singkat harus dilakukan dengan sejuta pertimbangan yang tidak mudah. Tak ada kata ragu, putus asa, menyerah apalagi mundur, yang ada hanyalah semangat, optimis dengan keputusan yang telah diambil . Satu hal paling penting dari semua itu, yaitu kekuatan doa.

Dengan berat hati dan perasaan yang tidak menentu, saya pun harus kembali ke New York city untuk tinggal semalam lagi. Penginapan di China Town daerah yang saya pilih untuk tinggal. Setiba dipenginapan, saya pun harus menunggu 2 jam dulu diluar baru bisa masuk karena kamar yang saya pesan masih terkunci. Bimbang, khawatir dan lelah menjadi bumbu sempurna yang membuat mata ini tertidur lelap.

Pagi berikutnya perjalanan menuju Lima Peru dimulai. Walau agak was was namun kondisi tubuh jauh  lebih baik dibandingkan kemarin. Ternyata tidur pulas bisa menjadi obat ampuh mengusir semua gundah dihati. Hari ini tubuh jauh lebih baik walau napsu makan belum muncul.

Pukul 13.26 dari New York pesawat membawa saya menuju Fort Lauderdale (Florida), lalu transit 30 menit di sana. Kemudian penerbangna berlanjut ke Lima. Ada kejadian unik yang saya temui diperjalanan ini. Jadi pada waktu masuk kedalam pesawat, orang yang duduk di sebelah saya sedang asyik bertelpon ria, lalu orang yang ada didepan masih sibuk bersms ria. Kenapa mereka tidak meng off kan handphonenya, bukankah sudah didalam pesawat. Ah mungkin nanti saat pesawat akan terbang. Namun saat pramugari menjelaskan instruksi keselamatan dan pesawat sudah mau jalan, mereka pun masih sibuk dengan handphone ditangan, tak ada tanda-tanda untuk meng off kan.  Dan pramugari yang ada disana tidak ada satupun yang menegur untuk meng off kan handphone. Bingung dan aneh, ingin menegur tapi bingung, sempat terbesit mungkin pesawat yang saya naiki ini ada fasilitas yang membolehkan pengguna handphone tetap mengaktifkan handphonenya walaupun berada didalam pesawat yang sedang terbang, sehingga tidak bermasalah dan tidak mengganggu sinyal komunikasi pilot.

Sekitar 6 jam penerbangan diudara, tibalah saya di Lima. Waktu menunjukkan pukul 23.50 saat  keluar dari imigrasi Peru.  Saya pun segera bergegas keluar, tujuan pertama adalah mencari adalah counter maskapai Starperu untukmengeprint tiket yang saya pesan secara online kemarin, serta menanya jadwal check in untuk penerbangan besok pukul 06.50. Setelah selesai, saya memilih untuk berkeliling bandara sebentar melihat keadaan yang ada disana kemudian mencari tempat untuk beristirahat.

Saya memilih resto yang ada wifi sehingga bisa menunggu sambil online. Malam ini saya putuskan untuk tidak tidur agar tidak kebablasan karena  jam 5 pagi harus check in untuk penerbangan berikutnya.

Syukurlah keberangkatan sesuai jadwal, rasanya lega sekali.. Beberapa menit sebelum pesawat mendarat di Cusco saya terbangun dan melihat pemandangan alam dari jendela pesawat. Bukit-bukit tinggi berwarna coklat terhampar sejauh mata memandang, tiba-tiba saya melihat ada bukit yang berwarna putih. Kejutan menarik sekali, “wow apakah itu bukit yang diselimuti salju”, gumam saya.

Pukul 8 akhirnya pesawat pun mendarat di Cusco. Setelah selesai dari proses imigrasi saya pun bergegas keluar, karena hanya membawa satu backpack saja sehingga tidak perlu menunggu barang bawaan yang keluar dari bagasi.

Sekitar 15 menit perjalanan dengan menggunakan taksi dari bandara, tibalah saya di Pavitos. Untungnya collective yang saya mau naiki menuju Ollantaytambo sudah hampir penuh, tinggal 2 seat lagi. Sehingga hanya menunggu sekitar 5 menit, callectivo pun berangkat. Setelah 2 jam-an perjalanan yang lancer akhirnya tibalah saya di Plaza De Armas, pusat kota Ollantaytambo. Leganya waktu baru menunjukkan pukul 11.30, sehingga masih punya waktu untuk istirahat sejenak di Ollantaytambo sebelum keberangkatan kereta ke Aquas Caliente pukul 12.58.

Di Ollantaytambo telah ada 2 orang teman sesama backpacker yang telah tiba terlebih dahulu, satu dari Indonesia namanya Julia dan satu dari Singapura namanya Nia. Kita punya agenda trip dan itinerary berbeda namun sepakat janjian jalan bersama ke Machu Picchu. Drama cerita yang terjadi sebelumnya  telah membuat nafsu makan hilang akhirnya kembali setiba disini. Ice cream sebagai menu pembuka yang saya beli disalah satu toko dipinggir jalan langsung mengembalikan mood menjadi stabil. Nasi, kentang dan telur mata sapi menu saya santap disalah satu warung  yang buka tak jauh dari stasiun kereta, benar-benar nikmat rasanya. Yang menyenangkan di Peru kita tidak mengalami kesulitan mencari nasi untuk makan, karena di Peru banyak restoran yang menyediakan nasi dimenu nya. Angin sepoi-sepoi dan udara yang lebih hangat dibandingkan di New York memaksa saya untuk membuka jaket yang dari kemarin dipakai, namun hal ini sangat menyenangkan karena rasa menggigil kedinginan pun hilang. Sinar matahari yang lumayan panas membuat saya merasa seperti berada di Indonesia.

Pukul 12.50  kereta yang akan mengantarkan saya ke Aquas Caliente siap berangkat. Namun drama kembali terjadi, teman saya Nia ternyata melakukan kesalahan memilih tanggal keberangkatan saat membeli tiket kereta PP Ollantaytambo-Aquas Caliente secara online. Kami yang awalnya senang dan menganggap drama telah selesai akhirnya kembali tegang Kereta kami saat ini sudah penuh penumpang, sehingga tidak bisa membawa Nia. Waktu yang semakin sedikit membuat Nia memutuskan untuk menggunakan cara lain menuju Aquas Caliente. Diapun meminta kami jalan duluan saja menggunakan kereta dan dia akan mencari informasi lain jalan menuju  ke Aquas Caliente. Jujur saya dan Julia merasa bingung, panik dan sangat khawatir. Saya pribadi belum pernah mencari informasi cara lain menuju Aquas Caliente selain menggunakan kereta sehingga kami berdua hanya bisa berdoa semoga Nia bisa menemukan cara lain dan bisa tiba di Aquas Caliente. Jadi besok rencana kita menapakkan kaki di Machu Picchu bersama-sama terwujud.

Awalnya saya ingin tidur saja selama didalam kereta karena kondisi tubuh yang lelah dan kurang tidur, namun desain didalam kereta yang  unik membuat saya merasa sangat sayang untuk tidak menikmati suasana alam disepanjang perjalanan.  Kereta ini nampaknya sengaja dibuat agar penumpang nyaman merasakan langsung nuansa alam yang dilewati dan mempermudah pemumpang untuk mengambil foto. Dengan memasang kaca didinding jendela duduk dan dilangit-langit membuat penumpang dapat melihat sinar matahari yang terik atau hujan jika turun.

Sekitar 2,5 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Aquas Caliente. Turun dari kereta langsung disuguhkan pemandangan bukit-bukit tinggi dengan nuasa hijau berbatu dimana, sungai disisi jalan dan bangunan berderet dibangun berdekatan. Disini banyak orang yang menawarkan penginapan jadi tidak perlu khawatir jika belum memesan penginapan sebelumnya. Harga yang ditawarkan relative sama antar penginapan antara 30 sampai dengan 35 soles (sekitar Rp.150.000 sd  Rp.175.000) per orang per malam. Kami memutuskan untuk mengambil penginapan yang tidak terlalu jauh dari halte bus. Sebenarnya lokasi sekitar sini bisa dibilang dekat, namun jika mencari penginapan ajak jauh maka kita harus jalan keatas yang semakin menanjak dan tentu saja semakin menguras tenaga jika terus naik keatas.

Berada diatas kasur itu benar-benar nyaman, sambil melihat pemandangan dari luar jendela kamar rasanya malas untuk keluar dan berkeliling karena pemandangan sekitar bisa terlihat dengan jelas. Namun tentu saja itu bukanlah ide bagus menikmati perjalanan, setelah beristirahat dan rasa lelah sedikit menghilang, kamipun keluar berkeliling ke sudut sisi yang ada disana, lalu mampir kepasar melihat dan membeli beberapa souvenir unik dan lanjut makan malam.

Jam 5 lewat kami bergegas ke halte bus. Ternyata disana sudah ramai orang yang mengantri. Bus berangkat mulai pukul 6 pagi, untuk harga tiket bus dari Aquas Caliente ke gate machu picchu $19 untuk pulang pergi dan $10 untuk oneway. Jika ingin berangkat menggunakan bus dan pulang jalan kaki bisa membeli tiket oneway saja, namun jika ternyata diatas sana merasa kelelahan dan belum mempunyai tiket untuk turun, tidak perlu khawatir, diatas pun ada loket penjualan tiket bus. Gate masuk Machu Picchu dibuka pukul 07.00.

Jadwal tiket masuk ke Huayna Picchu / Waynapicchu yang saya ambil pukul 8 pagi.  Huayna Picchu / Waynapicchu adalah bukit tinggi yang ada di area Machu Picchu. Bukit ini biasanya difoto turis sebagai background saat berfoto di Machu Picchu. Ada 2 pilihan waktu untuk mendaki kesana, pukul 8 dan 10 pagi. Jumlah pengunjungpun dibatasi untuk naik kesini hanya 400 orang perhari, 200 orang masuk pukul 8 pagi dan 200 orang pukul 10. Sebaiknya pembelian tiket ke Huayna Picchu / Waynapicchu jauh hari melalui website berbarengan saat membeli tiket masuk Machu Picchu.

Setiba didalam komplek Machu Picchu kabut yang masih menyelimuti area tersebut, sehingga menambah rasa mistis dan misterius. Lokasi yang belum ramai pengunjung membuat saya merasa seperti berada diperadaban yang berbeda. Huayna Picchu / Waynapicchu yang akan saya daki pun belum terlihat karena masih tertutup kabut. Masih ada waktu 1 jam sebelum mendaki ke Huayna Picchu / Waynapicchu, sehingga saya putuskan untuk berkeliling sebentar. Sebuah desa diatas gunung benar-benar menakjubkan mata saya. Tak habis pikir bagaimana orang zaman dulu membuat peradaban ditempat setinggi ini, sebuah desa yang dikelilingi jurang dan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Belum lagi medan yang menanjak, bagaimana mereka terhubung dengan kota lain. Seperti apakah teknologi dan kehidupan manusia zaman itu dan masih banyak pertanyaan lain muncul dikepala saya saat ini.

Setelah melewati check point Huayna Picchu / Waynapicchu saya pun memilih jalur menuju puncak Waynapicchu. Medan yang dilalui tidak terlalu ektrim tapi cukup menegangkan dibeberapa titik, seperti saat berjalan disamping jurang atau saat jalan mendaki batu-batu besar. Untuk keamanan disisi yang berbahaya dan sulit didaki telah dipasang kawat besi dipinggir agar kita bisa pegang supaya tidak jatuh serta harus hati-hati. Fisik harus benar-benar sehat untuk menikmati perjalanan ini dan tidak perlu memaksakan diri untuk buru-buru sampai puncak jika lelah. Justru berjalan pelan, berhenti untuk istirahat dan mengambill foto sangatlah menyenangkan menurut saya. Pemandangan alam yang cantik, udara yang tidak terlalu dingin sangat sayang kalau terburu-buru ditinggal. Jangan lupa untuk membawa minum dan bekal makanan sendiri selama berada di area Machu Picchu, karena didalam area tidak ada yang menjual makan dan minum serta tidak ada toilet jika ingin membuang hajat.

 

Dibeberapa titik saya putuskan untuk berhenti, banyak spot indah untuk mengambil gambar, seperti sisa bangunan yang kokoh berdiri, background Machu Picchu dari kejauhan, jalur jalan bus yang berbelok-belok, bukit-bukit tinggi dan pemandangan alam lainnya, sangat menyegarkan mata dan hati.

Tak terasa setelah berjalan hampir 1,5 jam akhirnya saya sedikit lagi tiba dipuncak tertinggi Huayna Picchu / Waynapicchu. Disini terdapat sisa bekas bangunan yang menambah rasa penasaran sekaligus kagum saya. Ditempat yang setinggi dan securam ini untuk apa bangunan ini dibangun dan bagaimana mereka membangunnya, lalu apa fungsi bangunan ini zaman dahulu, benar-benar membuat saya makin bertanya-tanya.

Setelah puas foto disini, saya pun melanjutkan ke titik teratas penghujung puncak Huayna Picchu / Waynapicchu. Mendaki kepuncaknya lebih sulit dari perjalanan sebelumnya, karena batu-batu besar harus saya lalui dan ada lubang yang menurut saya lumayan dalam ditengah batu-batu yang saya lalui, kecerobohan sedikit saja sangat fatal akibatnya. Beberapa menit kemudian akhirnya saya tiba dipuncak. Dipuncak memang tidak ada bangunan apa-apa hanya batu-batu besar berada disana yang dikeliling jurang, namun dari sini kita bisa melihat alam terbentang indah. Saya tidak lama berada disini, mengingat wilayah puncak ini sangat kecil penuh dengan batu besar dan jurang yang menjulang lebar mengelilinginya benar-benar berbahaya jika terpelesat dan jatuh, ditambah jumlah pengunjung yang semakin banyak, saya rasa cukuplah 5 menit berada disana.

Saya pun memutuskan turun kembali ke Machu Picchu dan menjelajah sisi lain. Turun kebawah saya bertemu lagi dengan Julia dan jalan bareng menuruni Huayna Picchu karena Julia tidak ikut naik sampai ke puncak tadi. Kita tertawa senang dan sangat bahagia tentunya berhasil sampai ke Huayna Picchu / Waynapicchu, medan yang lumayan seru akhirnya bisa kami taklukkan. Rasanya tidak mungkin saat pertama kali melihat bukit Huayna Picchu yang tinggi dan terjal bagi kami yang bukanlah seorang anak gunung, tapi nyatakan kami bisa. Senyum dan tawa tak lepas tersungging diwajah kami.

Beruntung kami memilih jadwal pertama menaiki Huayna Picchu ini, karena saat kami kembali ke Machu Picchu, orang-orang gelombang kedua yang masuk pukul 10 mulai berdatangan. Jalan sempit yang dilalui agak merepotkan jika kita berjumpa dan berjalan berdampingan berlawan arah. Saran saya bagi yang ingin keatas sebaiknya ambil yang pukul 8 pagi sehingga saat naik tidak perlu khawatir dan was was berjalan.

Perjalanan turun kembali ke Machu Picchu tidak melulu turun tentu saja, ada juga jalan menanjak yang kami hadapi. Setelah lelah berjalan, kami putuskan beristirahat sejenak disudut jalan. Sambil memandang puncak Huayna Picchu dari jauh, kami bertanya-tanya bagaimana kabar Nia. Apakah dia jadi ke Machu Picchu atau membatalkannya. Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak dengan menggunakan bahasa Indonesia,

“Hei lagi ngapain kalian disana!!!”.

Spontan saya dan Julia menoleh kebelakang, ternyata itu suara Nia.

“Niaaaaaaaa” teriak kami berdua penuh histeris dan bahagia langsung memeluk dia.

“Ya ampun sampe juga, gimana ceritanya? Naik apa jadinya? Terus bagaimana bisa masuk kedalam, kan tiketnya kemarin lupa dikasih?”. Dan masih banyak pertanyaan bertubi-tubi lainnya yang membuat kami kagum dengan Nia.

Perjalanan yang Nia lakukan tidaklah mudah, penuh perjuangan lebih hingga akhirnya sampai kesini. Saat kebatalan dia kemarin menaiki kereta, akhirnya dia memutuskan kembali ke hostel tempat dia menginap dan mencari informasi di internet. Kemudian dia bertemu dengan backpacker lain dan bersama-sama berangkat dengan cara lain.

Dari Ollataytambo perjalanan ke Santa Maria dengan menggunakan bus dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Kemudian lanjut ke Santa Teresa dengan menggunakan taxi sekitar 1 jam, menginap semalam disini. Lanjut ke stasiun Hydroelectrico dengan menggunakan angkutan kota disana sekitar 30 menit. Lanjut lagi ke Aquas Calientes dengan jalan kaki sekitar 2,5 jam menyusuri rel kereta api lalu masuk hutan kemudian menelusuri rel kereta api lainnya. Luar biasa dengan berjalan kaki sendiri selama 2,5 jam, ya ampun benar-benar butuh nyali yang besar. Barulah dari sana bisa melanjutkan perjalanan ke Machu Picchu. Untuk masuk ke Machu Picchu dia menunjukkan paspor. Jadi saat petugas mengecek daftar pengunjung terlihatlah nomor paspor pembeli tiket.

Saya hanya bisa menganga terkagum-kagum mendengar penjelasan yang Nia ceritakan, ternyata drama yang saya alami kemarin belum apa-apanya dibandingkan Nia alami.

Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya kami berpisah dengan Nia. Karena saya dan Julia akan kembali ke Ollantaytambo sore hari dengan kereta pukul 16.22, maka kami harus menyelesaikan penjelajahan di Machu Picchu siang hari. Saat ini sekitar pukul 11, rencanakan jam 14.30 akan turun kembali ke Aquas Calientes, jadi sekitar 3,5 jam waktu yang saya miliki untuk menjelajah Machu Picchu.

Area Machu Picchu kelihatannya tidak terlalu luas digambar, namun ternyata cukup menguras banyak tenaga. Bentuk bangunan yang berundak-undak naik keatas membuat perjalanan kesemua sisi cukup melelahkan. Namun setiap langkah dan sisi yang saya lalui membuat saya bahagia bisa menginjakkan kaki disini. Menurut saya bangunan disini terbentuk dari susunan batu sangat unik. Batu-batu granit berukuran besar yang memiliki berat berton-ton dipotong-potong kemudian disusun rapat membentuk suatu bangunan tanpa menggunakan mortar. Teknik luar biasa ini dapat mengurangi pengaruh bangunan runtuh saat terjadi gempa bumi. Namun yang menjadi misteri adalah bagaimana blok batu besar tersebut bisa naik keatas dimana medan curam dan semak belukar disepanjang jalan menuju Machu Picchu.

Yang membuat saya kaget saat tiba-tiba mendengar tetesan air dari balik batu. Rasa penasaran membuat saya untuk menelusuri dari mana aliran itu datang dan turun kemana. Ternyata desain system drainase pun sangat hebat, aliran air dari atas turun kebawah masuk melewati kedalam bangunan batu lalu mengalir kesaluran yang dibuat mengalir hingga kebawah. Tentunya pembuatan bangunan ini penuh perhitungan dan tidak sembarangan. Karena sistem drainase butuh perhitungan dan konsep yang jelas agar tidak tersumbat atau terhenti karena terhalang bangunan sehingga air bisa memenuhi kebutuhan semua orang saat itu. Saat ini usia bangunan telah beratus-ratus tahun, namun masih bisa dilihat aliran air dengan baik apalagi pada masa dahulu, gumam saya. Ada beberapa bangunan utama di Machu Picchu, yaitu Temple of the Sun (disebut Torreon), the Temple of Three Windows, the Temple of the Condor dan the Intihuatana

 

Setelah puas dan lelah menyusuri sisi Machu Picchu saya memutuskan untuk istirahat disalah satu pojok yang menghadap Huayna Picchu. Sambil menikmati coklat, roti, pisang dan air yang telah saya bawa, mata saya pun terus berputar menikmati pemandangan disana sambil memperhatikan kegiatan turis-turis lainnya.

Tak terasa sudah pukul 2 lebih, saya pun bersiap-siap turun menuju halte bus yang akan mengantarkan saya kembali ke Aquas Calientes. Saat akan keluar gate saya melihat ada stempel gambar Machu Picchu dekat counter petugas. Iseng saya cap saja stempel gambar Machu Picchu di buku paspor sebagai kenang-kenangan.

Selesai sudah pertualangan saya di Machu Picchu, segudang rasa yang saya dapat selama perjalanan ini. Walau capek melanda namun ada suatu rasa yang sulit dijelaskan muncul dihati. Rasa yang selalu membuat bibir ini tersenyum selama perjalanan pulang. Inilah rasa saat berhasil menaklukan sebuah mimpi.

tugas 3 halaman

SOLO TRAVELLING? SAPA TAKUT 😉

 ALASAN DAN MOTIVASI

“Eh kamu baru balik liburan ke Eropa ya? Pakai travel agent apa?”

“Iya sebulan liburan kesana. Gak pakai travel agent kok, jalan sendiri aja.

“Apa? Ke Eropa sendirian? Serius?”

“Serius dong, lebih hemat jalan sendiri dan tempat yang mau didatangi bebas terserah suka suka aja.”

“Trus kesananya n aik apa? Nginapnya dimana?”

“Kemarin cari tiket maskapai sendiri, trus booking penginapannya online aja, cari kamar dorm jadi lebih murah.”

“Oh ya, trus disana gimana, aman kah jalan sendirian”

Bla bla bla…..

Makin banyak pertanyaan dan obrolan yang terjadi.

Mendengar teman pulang dari sebuah perjalanan apalagi perginya sendiri keluar negri lagi, tentu saja membuat telinga panas. “Wow dia aja bisa jalan sendiri masak aku tidak bisa sih”. Rasa tertantang pun muncul setelah mendengar cerita perjalanannyam apalagi jika teman yang melakukan perjalanan sendiri itu bukan tipe orang yang menyukai tantangan maupun bisa dikatakan orang biasa-biasa saja yang jarang sekali melakukan liburan sendiri. Tentu saja hal ini bisa menjadi motivasi seseorang untuk mencoba melakukan perjalanan sendiri.

………………………………………………………………………………………………………………………………

Seorang karyawan yang bekerja mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore, rutinitas berulang dari senin sampai jumat dengan setimpuk tugas dikantor. Atau mahasiswa dengan beragam tugas dari dosen yang harus diselesaikan, tentu akan menghadirkan rasa bosan dan jenuh. Hal inilah yang membuat seseorang memutuskan keluar sejenak dari rutinitas harian (comfort zone) dengan melakukan perjalanan ketempat yang berbeda, tak sedikit dari mereka memilih perjalanan seorang diri.

Menghilang sejenak ke tempat yang jauh dan sangat berbeda dengan rutinitas, dapat menyegarkan pikiran dan membuat “mood” menjadi lebih baik setelah kembali kekehidupan sehari-hari.

…………………………………………………………………………………………………………………………………

Saat ini banyak sekali komunitas jalan-jalan secara online dan offline. Tak sedikit dari komunitas itu yang melakukan gathering atau pertemuan-pertemuan. Dengan mengikuti gathering atau sekedar kumpul dengan orang-orang yang pernah melakukan perjalanan, kita bisa mendapat banyak informasi tentang pengalaman mereka melakukan perjalanan kesuatu tempat. Informasi-informasi detail bisa kita peroleh saat ngobrol dan bertanya langsung ke mereka. Pelajaran dan tips-tips yang mereka berikan, tentu saja sangat bermanfaat dan membantu kita untuk melakukan perjalanan ketempat yang sama. Dari sanalah rasa percaya diri untuk mencoba melakukan perjalanan mandiri muncul dan meyakinkan diri bahwa bisa melakukannya. Dan tentu saja kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi atau dialami mereka saat melakukan perjalanan sebelumnya menjadi pelajaran berharga buat kita agar tidak terjebak atau tertipu dikejadian yang sama.

…………………………………………………………………………………………………………………………………..

Mencari informasi apapun saat ini sangatlah mudah. Cukup terkoneksi dengan internet, buka google lalu ketik apa yang mau dicari, dalam hitungan detik informasi yang diinginkan segera muncul. Begitu juga informasi perjalanan, dengan mudah bisa dicari. Cerita pengalaman perjalanan seseorang, rute perjalanan, informasi suatu tempat, budaya adat istiadat suatu daerah dan perkiraan biaya perjalananpun lengkap tersedia. Dengan banyaknya informasi yang ada, sangat mempermudah dan membantu seseorang untuk membuat itinerary dan mencoba melakukan perjalanan mandiri.

Menyusun itinerary perjalanan tidaklah sulit. Saat ini banyak negara yang membuat website mengenai tempat-tempat wisata mana saja yang ada ditiap kota negaranya. Tidak hanya itu, informasi mengenai transportasi, penginapan dan saran itinerary mereka tampilkan dihalaman websitenya. Seperti Korea Selatan dan Jepang, informasi mengenai wisata dinegara tersebut sangat lengkap dan mudah dicapai dengan transportasi umum. Lama perjalanan kesetiap objek wisata bisa kita prediksi, sehingga waktu liburan kita bisa sangat maksimal. Biasanya waktu yang bisa dipakai untuk liburan sangat terbatas, agar rencana perjalanan yang kita buat lebih efektif penyusunan itinerary sangat dibutuhkan. Setidaknya itinerary secara umum kota tujuan.

Sebagai contoh jika kita ingin mengunjungi Jepang, ada salah satu website yang sangat lengkap dan membantu sekali yang bisa kita buka untuk  penyusunan menyusun itinerary yaitu http://www.japan-guide.com/. Di website tersebut, kita bisa memilih kota mana yang ingin kita datangi. Objek wisata apa saja yang ada dikota tersebut, aneka pilihan penginapan, jenis makanan, tempat berbelanja, acara atau festival apa saja pada setiap musim, lama perjalanan, moda transportasi mulai dari bus, kereta ataupun sewa kendaraan, bahkan paket tour pun tersedia. Tinggal kita pilih dan atur sendiri tipe liburan seperti apa yang ingin kita lakukan. Dengan memilih moda transportasi, penginapan tipe apa saat menginap disana, perkiraan biaya makan setiap hari dan objek wisata apa saja yang ingin kita kunjungi, maka biaya yang akan kita keluarkan bisa diprediksi. Sehingga anggara dana yang kita butuhkan bisa kita persiapkan jauh-jauh hari dengan menabung.

…………………………………………………………………………………………………………………………………

Tidak sedikit seseorang melakukan perjalanan karena alasan iseng. Iya iseng, penasaran ingin mencoba membuktikan bahwa dirinya mampu melakukan perjalanan sendiri. Dengan banyaknya informasi yang bertaburan diinternet dan cerita-cerita dari buku-buku perjalanan yang banyak dijual di toko buku membuat seseorang ingin mencoba. Biasanya mereka melakukan perjalanan dengan mengikuti agent travel yang harga nya lumayan, dengan mencoba melakukan perjalanan sendiri tentu saja biaya yang dikeluarkan bisa lebih hemat dan dapat digunakan untuk berbelanja dan membeli oleh-oleh.

Perjalanan sendiri tidak hanya bisa dilakukan orang yang berusia muda saja kok. Banyak orang-orang yang telah berusia diatas 50 tahun mencoba untuk melakukan perjalanan sendiri. Untuk keamanan tenang tidak perlu khawatir, pada dasarnya setiap tempat itu sama. Dalam arti segala sesuatu ada dua sisi baik dan buruk. Tergantung cara kita membawa diri saja, karena berada dinegri orang tentu saja kita harus menghormati budaya adat istiadat setempat. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan perlu diketahui agar perjalanan kita menjadi menyenangkan dan aman.

 

 

Akhirnya muncul juga ide pembuatan mind map dan outline yang kedua #lab keringet dikening :p

Setelah muter sana sini, mikir sana sini, googling sana sini, melamun sana sini, makan sana sini #eh , akhirnya dapet juga ide buat tugas ini. Awalnya bingung mo nulis apa ya, tapi setelah mikir-mikir tentang kehidupan yang aku alami #uhuk, terlintaslah ide bikin tulisan tentang pola asuh orang tua aja deh.

Orang tua yang hanya mempersiapkan diri untuk kawin aja tapi gak mau belajar mendidik, membaca dan berdiskusi dengan anak akan sangat berakibat fatal. Tidak aneh jika kita melihat anak-anak tumbuh menjadi egois, pemarah, pemukul, pembohong bahkan penjahat, hal ini karena pola asuh yang diterapkan orang tua. Sadar atau tidak sadar orang tua itu sendiri yang membentuk anak menjadi generasi yang membanggakan atau memalukan.

mind map2

outline 2

Ya walaupun aku belum menikah dan memiliki anak, setidaknya pengalaman orang tua yang “diktator”, membuatku belajar untuk menjadi orangtua yang lebih bijak nantinya

Setelah nyemplung di grup KMO (Komunitas Menulis Online) rasanya tuh, alamak malakama. Tugasnya tu mayan bikin pusing tapi ya harus dikerjain, kalo engga dikerjain siap2 berkurang 1 nyawa yang dikasih (jatah perpeserta 3 nyawa hikkss). Tidak sedikit yang sudah mulai berguguran karena segan mengerjakan tugas. Jujur nih ya, rugi sebenernya keluar dari grup ini. Kelas gratis yang dibentuk ini memaksa pesertanya untuk berani menulis dan menuangkan idenya secara terstruktur biar tulisan kita gak lari kemana-mana atau mentok dengan ide tulisan berikutnya.

Well, tugas ketiga adalah membuat mind map dan outline dari ide yang kemarin kita buat. Tugasnya bukan cuma 1 ya, tapi 2 mind map dan 2 outline hikssss…… 😦

Tapi yang namanya tugas mau gak mau ya harus dibuat dong. So ini lah tugas mind map dan outline pertama ku. Yang kedua nyusul diposting berikutnya ya, soalnya masih bingung mo bikin apa hohoho

mind map 1

outline1

 

 

Tema cerita

10 tema cerita yang asik buat dibikin tulisan versi nuniek :p

  1. Travelling
  2. Berpetualang
  3. Cinta
  4. Perjalanan hidup
  5. Sejarah
  6. Cerita motivasi/semangat
  7. Biografi kehidupan seseorang
  8. Teknologi
  9. Ilmu pengetahuan
  10. Makanan

Nah kalo ditanya kesukaanku apa, yah itu 10 tema diatas asik buat dibaca [untuk ku ya ;)]

Percaya atau tidak setiap tulisan pasti akan berpengaruh bagi pembacanya. Mo itu tulisan baik ataupun buruk pasti jlep akan berefek setelah dibaca.

hmmm….nulis tu sesuatu yang paling ribet n males banget sebenernya buat ku dilakuin, gimana engga setiap kali nulis pasti langsung mikir duh kayaknya ni tulisan jelek deh (lalu edit atau delete :p), yang ujung-ujungnya gagal nulis hihihi [banyak PR tulisan perjalanan tripku yang belum sempet tertulis diblog ini 😦 hikkkssss]

Ya tapi mau gak mau memang nulis harus, kudu, mesti dipaksain (kayak tulisan kali ini) 😀

Ini adalah tugas pertama tulisan yang harus aku buat setelah bergabung di Komunitas Menulis Online (KMO) batch 06A, dimana setiap peserta harus menulis dengan tema “alasan nulis untuk apa?”

Super salut ama temen-temen yang berhasil mengeluarkan buku dan sumpah aku iri pengen punya buku juga tapi ya itu males dan mentok selalu jadi kendala :(#serius

Membaca kisah ketika mas gagah pergi cerpen karya bunda Helvy, membuatkan ku bersemangat untuk konsisten istiqomah memperbaiki diri. Melihat kisah perjalanan Andrea Hirata melukiskan kisah hidupnya sangat sangat menginspirasiku untuk selalu semangat mewujudkan mimpi. Secara tidak sadar kisah merekalah yang membuatku menjadi Nuniek yang sekarang, seorang muslimah yang mempunyai hobi keliling dunia.#uhuk

Balik ke judul awal, alasan nulis untuk apa?

Jujur nih ya, aku tu pengen banget bikin tulisan mengenai perjalanan trip yang telah ku lakukan. Napa? karena banyak banget kisah yang aku dapetin selama perjalanan, napa? oke aku jelasin….

Sejak kecil dari lahir sampe kuliah aku tinggal di Palembang anak rumahan yang gak pernah melakukan perjalanan jauh sendirian dan emang gak hobi dengan yang namanya jalan-jalan juga. Merantau ke Jakarta saat aku diterima kerja, sejak itulah cara berpikirku berubah.

Membaca kisah perjuangan seorang Andrea Hirata dan kisah-kisah perjalanan orang lain, berkenal dengan orang-orang tangguh yang melakukan perjalanan seorang diri di negri orang, melihat pemandangan alam nan indah di internet, membaca kisah sejarah dan peninggalan yang ada didunia dan memandang peta dunia membuat pikiranku untuk mencoba menelusuri setiap titik tempat mengagumkan tersebut.

Baru beberapa puluh negara yang telah ku datangi, kisah-kisah perjalanan yang terjadi sangat membekas dan berkesan mendalam. Dari seorang yang pemalu dan pendiam, menjadi seorang yang berani berkelana seorang diri di negri orang yang memiliki perbeda bahasa, budaya, agama, kebiasan dan banyak perbedaan lainnya. Menjadi pribadi yang lebih mandiri, harus siap menghadapi kemungkinan terburuk yang ternyata berubah dari rencana yang telah disusun (kayak kisah perjalanan ke Machu Picchu di Peru dan mendaki gunung fuji di Jepang), lebih siap menghadapi orang-orang yang memiliki cara pandang berbeda, bertoleransi dan menyesuaikan diri (berbaur tanpa harus melebur) dan yang paling penting belajar untuk tidak egois dan siap menerima kenyataan saat dihadapkan dengan orang-orang yang “menyebalkan” dan “munafik”.

Kisah-kisah inilah yang ingin sekali aku tulis menjadi sebuah buku, kisah yang mampu menginspirasi orang lain, mungkin bukan suatu kisah yang istimewa, namun aku berharap dengan membaca kisah perjalanan yang telah ku lalui membuat orang lain merasakan semangat yang aku alami, merasa kebahagia, sedih dan letihnya sebuah perjuangan, memotivasi mereka untuk berani mewujudkan mimpi dan membuat mereka optimis dalam menjalani hidup.

Karena setiap pencapaian membutuhkan perjuangan 🙂

 

#Hamasah 😉

 

 

 

Perjalanan turun kembali ke Machu Picchu tidak melulu turun tentu saja, ada juga jalan menanjak yang kami hadapi. Setelah lelah berjalan, kami putuskan beristirahat sejenak disudut jalan. Sambil memandang puncak Huayna Picchu dari jauh, kami bertanya-tanya bagaimana kabar Nia. Apakah dia jadi ke Machu Picchu atau membatalkannya. Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak dengan menggunakan bahasa Indonesia,

“Hei lagi ngapain kalian disana!!!”.

Spontan saya dan Julia menoleh kebelakang, ternyata itu suara Nia.

“Niaaaaaaaa” teriak kami berdua penuh histeris dan bahagia langsung memeluk dia.

“Ya ampun sampe juga, gimana ceritanya? Naik apa jadinya? Terus bagaimana bisa masuk kedalam, kan tiketnya kemarin lupa dikasih?”. Dan masih banyak pertanyaan bertubi-tubi lainnya yang membuat kami kagum dengan Nia.

Perjalanan yang Nia lakukan tidaklah mudah, penuh perjuangan lebih hingga akhirnya sampai kesini. Saat kebatalan dia kemarin menaiki kereta, akhirnya dia memutuskan kembali ke hostel tempat dia menginap dan mencari informasi di internet. Kemudian dia bertemu dengan backpacker lain dan bersama-sama berangkat dengan cara lain.

Dari Ollataytambo perjalanan ke Santa Maria dengan menggunakan bus dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Kemudian lanjut ke Santa Teresa dengan menggunakan taxi sekitar 1 jam, menginap semalam disini. Lanjut ke stasiun Hydroelectrico dengan menggunakan angkutan kota disana sekitar 30 menit. Lanjut lagi ke Aquas Calientes dengan jalan kaki sekitar 2,5 jam menyusuri rel kereta api lalu masuk hutan kemudian menelusuri rel kereta api lainnya. Luar biasa dengan berjalan kaki sendiri selama 2,5 jam, ya ampun benar-benar butuh nyali yang besar. Barulah dari sana bisa melanjutkan perjalanan ke Machu Picchu. Untuk masuk ke Machu Picchu dia menunjukkan paspor. Jadi saat petugas mengecek daftar pengunjung terlihatlah nomor paspor pembeli tiket.

Saya hanya bisa menganga terkagum-kagum mendengar penjelasan yang Nia ceritakan, ternyata drama yang saya alami kemarin belum apa-apanya dibandingkan Nia alami.

Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya kami berpisah dengan Nia. Karena saya dan Julia akan kembali ke Ollantaytambo sore hari dengan kereta pukul 16.22, maka kami harus menyelesaikan penjelajahan di Machu Picchu siang hari. Saat ini sekitar pukul 11, rencanakan jam 14.30 akan turun kembali ke Aquas Calientes, jadi sekitar 3,5 jam waktu yang saya miliki untuk menjelajah Machu Picchu.

Area Machu Picchu kelihatannya tidak terlalu luas digambar, namun ternyata cukup menguras banyak tenaga. Bentuk bangunan yang berundak-undak naik keatas membuat perjalanan kesemua sisi cukup melelahkan. Namun setiap langkah dan sisi yang saya lalui membuat saya bahagia bisa menginjakkan kaki disini. Menurut saya bangunan disini terbentuk dari susunan batu sangat unik. Batu-batu granit berukuran besar yang memiliki berat berton-ton dipotong-potong kemudian disusun rapat membentuk suatu bangunan tanpa menggunakan mortar. Teknik luar biasa ini dapat mengurangi pengaruh bangunan runtuh saat terjadi gempa bumi. Namun yang menjadi misteri adalah bagaimana blok batu besar tersebut bisa naik keatas dimana medan curam dan semak belukar disepanjang jalan menuju Machu Picchu.

Yang membuat saya kaget saat tiba-tiba mendengar tetesan air dari balik batu. Rasa penasaran membuat saya untuk menelusuri dari mana aliran itu datang dan turun kemana. Ternyata desain system drainase pun sangat hebat, aliran air dari atas turun kebawah masuk melewati kedalam bangunan batu lalu mengalir kesaluran yang dibuat mengalir hingga kebawah. Tentunya pembuatan bangunan ini penuh perhitungan dan tidak sembarangan. Karena sistem drainase butuh perhitungan dan konsep yang jelas agar tidak tersumbat atau terhenti karena terhalang bangunan sehingga air bisa memenuhi kebutuhan semua orang saat itu. Saat ini usia bangunan telah beratus-ratus tahun, namun masih bisa dilihat aliran air dengan baik apalagi pada masa dahulu, gumam saya. Ada beberapa bangunan utama di Machu Picchu, yaitu Temple of the Sun (disebut Torreon), the Temple of Three Windows, the Temple of the Condor dan the Intihuatana.

suasana machu picchu

suasana machu picchu5

suasana machu picchu6

suasana machu picchu7

suasana machu picchu10

suasana machu picchu12

Suasana di Machu Pichu

Setelah puas dan lelah menyusuri sisi Machu Picchu saya memutuskan untuk istirahat disalah satu pojok yang menghadap Huayna Picchu. Sambil menikmati coklat, roti, pisang dan air yang telah saya bawa, mata saya pun terus berputar menikmati pemandangan disana sambil memperhatikan kegiatan turis-turis lainnya.

Tak terasa sudah pukul 2 lebih, saya pun bersiap-siap turun menuju halte bus yang akan mengantarkan saya kembali ke Aquas Calientes. Saat akan keluar gate saya melihat ada stempel gambar Machu Picchu dekat counter petugas. Iseng saya cap saja stempel gambar Machu Picchu di buku paspor sebagai kenang-kenangan.

Selesai sudah pertualangan saya di Machu Picchu, segudang rasa yang saya dapat selama perjalanan ini. Walau capek melanda namun ada suatu rasa yang sulit dijelaskan muncul dihati. Rasa yang selalu membuat bibir ini tersenyum selama perjalanan pulang. Inilah rasa saat berhasil menaklukan sebuah mimpi.

suasana machu picchu9

suasana machu picchu11

Senyum bahagia yang hadir saat mimpi itu berhasil ditaklukkan

Sekitar 2,5 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Aquas Caliente. Turun dari kereta langsung disuguhkan pemandangan bukit-bukit tinggi dengan nuasa hijau berbatu dimana, sungai disisi jalan dan bangunan berderet dibangun berdekatan. Disini banyak orang yang menawarkan penginapan jadi tidak perlu khawatir jika belum memesan penginapan sebelumnya. Harga yang ditawarkan relative sama antar penginapan antara 30 sampai dengan 35 soles (sekitar Rp.150.000 sd Rp.175.000) per orang per malam. Kami memutuskan untuk mengambil penginapan yang tidak terlalu jauh dari halte bus. Sebenarnya lokasi sekitar sini bisa dibilang dekat, namun jika mencari penginapan ajak jauh maka kita harus jalan keatas yang semakin menanjak dan tentu saja semakin menguras tenaga jika terus naik keatas.

suasana di aquas calientes3

suasana di aquas calientes1

suasana di aquas calientes2

Suasana di Aquas Caliente

 

Berada diatas kasur itu benar-benar nyaman, sambil melihat pemandangan dari luar jendela kamar rasanya malas untuk keluar dan berkeliling karena pemandangan sekitar bisa terlihat dengan jelas. Namun tentu saja itu bukanlah ide bagus menikmati perjalanan, setelah beristirahat dan rasa lelah sedikit menghilang, kamipun keluar berkeliling ke sudut sisi yang ada disana, lalu mampir kepasar melihat dan membeli beberapa souvenir unik dan lanjut makan malam.

penginapan di aquas calientes

Kamar tempat saya menginap

DSCN0408

Penginapannya

Jam 5 lewat kami bergegas ke halte bus. Ternyata disana sudah ramai orang yang mengantri. Bus berangkat mulai pukul 6 pagi, untuk harga tiket bus dari Aquas Caliente ke gate machu picchu $19 untuk pulang pergi dan $10 untuk oneway. Jika ingin berangkat menggunakan bus dan pulang jalan kaki bisa membeli tiket oneway saja, namun jika ternyata diatas sana merasa kelelahan dan belum mempunyai tiket untuk turun, tidak perlu khawatir, diatas pun ada loket penjualan tiket bus. Gate masuk Machu Picchu dibuka pukul 07.00.

tarif bus dari aquas calientes ke gate machu picchu

Harga tiket bus dari Aquas Caliente ke Gate Machu Picchu

halte bus dari aquas calientes ke gate machu picchu

Halte bus di Aquas Caliente

Jadwal tiket masuk ke Huayna Picchu / Waynapicchu yang saya ambil pukul 8 pagi. Huayna Picchu / Waynapicchu adalah bukit tinggi yang ada di area Machu Picchu. Bukit ini biasanya difoto turis sebagai background saat berfoto di Machu Picchu. Ada 2 pilihan waktu untuk mendaki kesana, pukul 8 dan 10 pagi. Jumlah pengunjungpun dibatasi untuk naik kesini hanya 400 orang perhari, 200 orang masuk pukul 8 pagi dan 200 orang pukul 10. Sebaiknya pembelian tiket ke Huayna Picchu / Waynapicchu jauh hari melalui website berbarengan saat membeli tiket masuk Machu Picchu.

Setiba didalam komplek Machu Picchu kabut yang masih menyelimuti area tersebut, sehingga menambah rasa mistis dan misterius. Lokasi yang belum ramai pengunjung membuat saya merasa seperti berada diperadaban yang berbeda. Huayna Picchu / Waynapicchu yang akan saya daki pun belum terlihat karena masih tertutup kabut. Masih ada waktu 1 jam sebelum mendaki ke Huayna Picchu / Waynapicchu, sehingga saya putuskan untuk berkeliling sebentar. Sebuah desa diatas gunung benar-benar menakjubkan mata saya. Tak habis pikir bagaimana orang zaman dulu membuat peradaban ditempat setinggi ini, sebuah desa yang dikelilingi jurang dan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Belum lagi medan yang menanjak, bagaimana mereka terhubung dengan kota lain. Seperti apakah teknologi dan kehidupan manusia zaman itu dan masih banyak pertanyaan lain muncul dikepala saya saat ini.

suasana machu picchu2

suasana machu picchu3

suasana machu picchu8

suasana machu picchu13

Suasana di Machu Picchu

Setelah melewati check point Huayna Picchu / Waynapicchu saya pun memilih jalur menuju puncak Waynapicchu. Medan yang dilalui tidak terlalu ektrim tapi cukup menegangkan dibeberapa titik, seperti saat berjalan disamping jurang atau saat jalan mendaki batu-batu besar. Untuk keamanan disisi yang berbahaya dan sulit didaki telah dipasang kawat besi dipinggir agar kita bisa pegang supaya tidak jatuh serta harus hati-hati. Fisik harus benar-benar sehat untuk menikmati perjalanan ini dan tidak perlu memaksakan diri untuk buru-buru sampai puncak jika lelah. Justru berjalan pelan, berhenti untuk istirahat dan mengambill foto sangatlah menyenangkan menurut saya. Pemandangan alam yang cantik, udara yang tidak terlalu dingin sangat sayang kalau terburu-buru ditinggal. Jangan lupa untuk membawa minum dan bekal makanan sendiri selama berada di area Machu Picchu, karena didalam area tidak ada yang menjual makan dan minum serta tidak ada toilet jika ingin membuang hajat.

antri masuk ke huaynapicchu_waynapicchu

Antrian masuk ke Huaynapicchu/Waynapicchu

Dibeberapa titik saya putuskan untuk berhenti, banyak spot indah untuk mengambil gambar, seperti sisa bangunan yang kokoh berdiri, background Machu Picchu dari kejauhan, jalur jalan bus yang berbelok-belok, bukit-bukit tinggi dan pemandangan alam lainnya, sangat menyegarkan mata dan hati.

pemandangan dari waynapicchu_kiri jalur dari aquas calientes menuju machupicchu_kanan sisa bangunan machu picchu

pemandangan dari waynapicchu_kiri jalur dari aquas calientes menuju machupicchu_kanan sisa bangunan yang ada di waynapicchu

Pemandangan dari atas Huaynapicchu

salah satu jalur menuju Huaynapicchu_waynapicchu

Salah satu jalur menuju Huaynapicchu

Tak terasa setelah berjalan hampir 1,5 jam akhirnya saya sedikit lagi tiba dipuncak tertinggi Huayna Picchu / Waynapicchu. Disini terdapat sisa bekas bangunan yang menambah rasa penasaran sekaligus kagum saya. Ditempat yang setinggi dan securam ini untuk apa bangunan ini dibangun dan bagaimana mereka membangunnya, lalu apa fungsi bangunan ini zaman dahulu, benar-benar membuat saya makin bertanya-tanya.

Setelah puas foto disini, saya pun melanjutkan ke titik teratas penghujung puncak Huayna Picchu / Waynapicchu. Mendaki kepuncaknya lebih sulit dari perjalanan sebelumnya, karena batu-batu besar harus saya lalui dan ada lubang yang menurut saya lumayan dalam ditengah batu-batu yang saya lalui, kecerobohan sedikit saja sangat fatal akibatnya. Beberapa menit kemudian akhirnya saya tiba dipuncak. Dipuncak memang tidak ada bangunan apa-apa hanya batu-batu besar berada disana yang dikeliling jurang, namun dari sini kita bisa melihat alam terbentang indah. Saya tidak lama berada disini, mengingat wilayah puncak ini sangat kecil penuh dengan batu besar dan jurang yang menjulang lebar mengelilinginya benar-benar berbahaya jika terpelesat dan jatuh, ditambah jumlah pengunjung yang semakin banyak, saya rasa cukuplah 5 menit berada disana.

Saya pun memutuskan turun kembali ke Machu Picchu dan menjelajah sisi lain. Turun kebawah saya bertemu lagi dengan Julia dan jalan bareng menuruni Huayna Picchu karena Julia tidak ikut naik sampai ke puncak tadi. Kita tertawa senang dan sangat bahagia tentunya berhasil sampai ke Huayna Picchu / Waynapicchu, medan yang lumayan seru akhirnya bisa kami taklukkan. Rasanya tidak mungkin saat pertama kali melihat bukit Huayna Picchu yang tinggi dan terjal bagi kami yang bukanlah seorang anak gunung, tapi nyatakan kami bisa. Senyum dan tawa tak lepas tersungging diwajah kami.

Beruntung kami memilih jadwal pertama menaiki Huayna Picchu ini, karena saat kami kembali ke Machu Picchu, orang-orang gelombang kedua yang masuk pukul 10 mulai berdatangan. Jalan sempit yang dilalui agak merepotkan jika kita berjumpa dan berjalan berdampingan berlawan arah. Saran saya bagi yang ingin keatas sebaiknya ambil yang pukul 8 pagi sehingga saat naik tidak perlu khawatir dan was was berjalan.

*Melanjutkan cerita Machu Picchu sebeluuuummmmmnya (lama amat ya kelanjutannya baru muncul :p)

Pagi berikutnya perjalanan menuju Lima Peru dimulai. Walau agak was was namun kondisi tubuh jauh lebih baik dibandingkan kemarin. Ternyata tidur pulas bisa menjadi obat ampuh mengusir semua gundah dihati. Hari ini tubuh jauh lebih baik walau napsu makan belum muncul.

Pukul 13.26 dari New York pesawat membawa saya menuju Fort Lauderdale (Florida), lalu transit 30 menit di sana. Kemudian penerbangna berlanjut ke Lima. Ada kejadian unik yang saya temui diperjalanan ini. Jadi pada waktu masuk kedalam pesawat, orang yang duduk di sebelah saya sedang asyik bertelpon ria, lalu orang yang ada didepan masih sibuk bersms ria. Kenapa mereka tidak meng off kan handphonenya, bukankah sudah didalam pesawat. Ah mungkin nanti saat pesawat akan terbang. Namun saat pramugari menjelaskan instruksi keselamatan dan pesawat sudah mau jalan, mereka pun masih sibuk dengan handphone ditangan, tak ada tanda-tanda untuk meng off kan. Dan pramugari yang ada disana tidak ada satupun yang menegur untuk meng off kan handphone. Bingung dan aneh, ingin menegur tapi bingung, sempat terbesit mungkin pesawat yang saya naiki ini ada fasilitas yang membolehkan pengguna handphone tetap mengaktifkan handphonenya walaupun berada didalam pesawat yang sedang terbang, sehingga tidak bermasalah dan tidak mengganggu sinyal komunikasi pilot.

Sekitar 6 jam penerbangan diudara, tibalah saya di Lima. Waktu menunjukkan pukul 23.50 saat keluar dari imigrasi Peru. Saya pun segera bergegas keluar, tujuan pertama adalah mencari adalah counter maskapai Starperu untukmengeprint tiket yang saya pesan secara online kemarin, serta menanya jadwal check in untuk penerbangan besok pukul 06.50. Setelah selesai, saya memilih untuk berkeliling bandara sebentar melihat keadaan yang ada disana kemudian mencari tempat untuk beristirahat.

Saya memilih resto yang ada wifi sehingga bisa menunggu sambil online. Malam ini saya putuskan untuk tidak tidur agar tidak kebablasan karena jam 5 pagi harus check in untuk penerbangan berikutnya.

Menu yang saya pesan

menu resto yang saya pesan saat di bandara cusco

Syukurlah keberangkatan sesuai jadwal, rasanya lega sekali.. Beberapa menit sebelum pesawat mendarat di Cusco saya terbangun dan melihat pemandangan alam dari jendela pesawat. Bukit-bukit tinggi berwarna coklat terhampar sejauh mata memandang, tiba-tiba saya melihat ada bukit yang berwarna putih. Kejutan menarik sekali, “wow apakah itu bukit yang diselimuti salju”, gumam saya.

bukit di cusco dilihat dari jendela pesawat bukit berwarna putih di cusco dilihat dari jendela pesawat2

Pemandangan alam dari jendela pesawat

Pukul 8 akhirnya pesawat pun mendarat di Cusco. Setelah selesai dari proses imigrasi saya pun bergegas keluar, karena hanya membawa satu backpack saja sehingga tidak perlu menunggu barang bawaan yang keluar dari bagasi.

Sekitar 15 menit perjalanan dengan menggunakan taksi dari bandara, tibalah saya di Pavitos. Untungnya collective yang saya mau naiki menuju Ollantaytambo sudah hampir penuh, tinggal 2 seat lagi. Sehingga hanya menunggu sekitar 5 menit, callectivo pun berangkat. Setelah 2 jam-an perjalanan yang lancer akhirnya tibalah saya di Plaza De Armas, pusat kota Ollantaytambo. Leganya waktu baru menunjukkan pukul 11.30, sehingga masih punya waktu untuk istirahat sejenak di Ollantaytambo sebelum keberangkatan kereta ke Aquas Caliente pukul 12.58.

collective contoh angkutan disana

Collectivo

Di Ollantaytambo telah ada 2 orang teman sesama backpacker yang telah tiba terlebih dahulu, satu dari Indonesia namanya Julia dan satu dari Singapura namanya Nia. Kita punya agenda trip dan itinerary berbeda namun sepakat janjian jalan bersama ke Machu Picchu. Drama cerita yang terjadi sebelumnya telah membuat nafsu makan hilang akhirnya kembali setiba disini. Ice cream sebagai menu pembuka yang saya beli disalah satu toko dipinggir jalan langsung mengembalikan mood menjadi stabil. Nasi, kentang dan telur mata sapi menu saya santap disalah satu warung yang buka tak jauh dari stasiun kereta, benar-benar nikmat rasanya. Yang menyenangkan di Peru kita tidak mengalami kesulitan mencari nasi untuk makan, karena di Peru banyak restoran yang menyediakan nasi dimenu nya. Angin sepoi-sepoi dan udara yang lebih hangat dibandingkan di New York memaksa saya untuk membuka jaket yang dari kemarin dipakai, namun hal ini sangat menyenangkan karena rasa menggigil kedinginan pun hilang. Sinar matahari yang lumayan panas membuat saya merasa seperti berada di Indonesia.

suasana di Plaza De Armas_Ollantaytambo1

suasana di Plaza De Armas_Ollantaytambo2

Suasana di Plaza de Armas, Ollantaytambo

makan diwarung dekat stasiun kereta Ollantaytambo dg penduduk lokal

Makan disalah satu warung (kalo di Indonesia warteg)

Pukul 12.50 kereta yang akan mengantarkan saya ke Aquas Caliente siap berangkat. Namun drama kembali terjadi, teman saya Nia ternyata melakukan kesalahan memilih tanggal keberangkatan saat membeli tiket kereta PP Ollantaytambo-Aquas Caliente secara online. Kami yang awalnya senang dan menganggap drama telah selesai akhirnya kembali tegang Kereta kami saat ini sudah penuh penumpang, sehingga tidak bisa membawa Nia. Waktu yang semakin sedikit membuat Nia memutuskan untuk menggunakan cara lain menuju Aquas Caliente. Diapun meminta kami jalan duluan saja menggunakan kereta dan dia akan mencari informasi lain jalan menuju ke Aquas Caliente. Jujur saya dan Julia merasa bingung, panik dan sangat khawatir. Saya pribadi belum pernah mencari informasi cara lain menuju Aquas Caliente selain menggunakan kereta sehingga kami berdua hanya bisa berdoa semoga Nia bisa menemukan cara lain dan bisa tiba di Aquas Caliente. Jadi besok rencana kita menapakkan kaki di Machu Picchu bersama-sama terwujud.

kereta yang digunakan dari Ollantaytambo ke aquas calientes

Kereta yang dipakai untuk dari Ollantaytambo ke Aquas Caliente

Awalnya saya ingin tidur saja selama didalam kereta karena kondisi tubuh yang lelah dan kurang tidur, namun desain didalam kereta yang unik membuat saya merasa sangat sayang untuk tidak menikmati suasana alam disepanjang perjalanan. Kereta ini nampaknya sengaja dibuat agar penumpang nyaman merasakan langsung nuansa alam yang dilewati dan mempermudah pemumpang untuk mengambil foto. Dengan memasang kaca didinding jendela duduk dan dilangit-langit membuat penumpang dapat melihat sinar matahari yang terik atau hujan jika turun.

suasana dalam kereta dari ollantaytambo ke aquas calientes

Suasana dalam kereta

pemandangan alam diluar jendela saat perjalanan kereta dari Ollantaytambo ke aquas calientes

pemandangan alam diluar jendela saat perjalanan kereta dari Ollantaytambo ke aquas calientes2

Pemandangan dari jendela kereta disepanjang jalan dari Ollantaytambo ke Aquas Caliente