Perjalanan turun kembali ke Machu Picchu tidak melulu turun tentu saja, ada juga jalan menanjak yang kami hadapi. Setelah lelah berjalan, kami putuskan beristirahat sejenak disudut jalan. Sambil memandang puncak Huayna Picchu dari jauh, kami bertanya-tanya bagaimana kabar Nia. Apakah dia jadi ke Machu Picchu atau membatalkannya. Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak dengan menggunakan bahasa Indonesia,
“Hei lagi ngapain kalian disana!!!”.
Spontan saya dan Julia menoleh kebelakang, ternyata itu suara Nia.
“Niaaaaaaaa” teriak kami berdua penuh histeris dan bahagia langsung memeluk dia.
“Ya ampun sampe juga, gimana ceritanya? Naik apa jadinya? Terus bagaimana bisa masuk kedalam, kan tiketnya kemarin lupa dikasih?”. Dan masih banyak pertanyaan bertubi-tubi lainnya yang membuat kami kagum dengan Nia.
Perjalanan yang Nia lakukan tidaklah mudah, penuh perjuangan lebih hingga akhirnya sampai kesini. Saat kebatalan dia kemarin menaiki kereta, akhirnya dia memutuskan kembali ke hostel tempat dia menginap dan mencari informasi di internet. Kemudian dia bertemu dengan backpacker lain dan bersama-sama berangkat dengan cara lain.
Dari Ollataytambo perjalanan ke Santa Maria dengan menggunakan bus dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Kemudian lanjut ke Santa Teresa dengan menggunakan taxi sekitar 1 jam, menginap semalam disini. Lanjut ke stasiun Hydroelectrico dengan menggunakan angkutan kota disana sekitar 30 menit. Lanjut lagi ke Aquas Calientes dengan jalan kaki sekitar 2,5 jam menyusuri rel kereta api lalu masuk hutan kemudian menelusuri rel kereta api lainnya. Luar biasa dengan berjalan kaki sendiri selama 2,5 jam, ya ampun benar-benar butuh nyali yang besar. Barulah dari sana bisa melanjutkan perjalanan ke Machu Picchu. Untuk masuk ke Machu Picchu dia menunjukkan paspor. Jadi saat petugas mengecek daftar pengunjung terlihatlah nomor paspor pembeli tiket.
Saya hanya bisa menganga terkagum-kagum mendengar penjelasan yang Nia ceritakan, ternyata drama yang saya alami kemarin belum apa-apanya dibandingkan Nia alami.
Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya kami berpisah dengan Nia. Karena saya dan Julia akan kembali ke Ollantaytambo sore hari dengan kereta pukul 16.22, maka kami harus menyelesaikan penjelajahan di Machu Picchu siang hari. Saat ini sekitar pukul 11, rencanakan jam 14.30 akan turun kembali ke Aquas Calientes, jadi sekitar 3,5 jam waktu yang saya miliki untuk menjelajah Machu Picchu.
Area Machu Picchu kelihatannya tidak terlalu luas digambar, namun ternyata cukup menguras banyak tenaga. Bentuk bangunan yang berundak-undak naik keatas membuat perjalanan kesemua sisi cukup melelahkan. Namun setiap langkah dan sisi yang saya lalui membuat saya bahagia bisa menginjakkan kaki disini. Menurut saya bangunan disini terbentuk dari susunan batu sangat unik. Batu-batu granit berukuran besar yang memiliki berat berton-ton dipotong-potong kemudian disusun rapat membentuk suatu bangunan tanpa menggunakan mortar. Teknik luar biasa ini dapat mengurangi pengaruh bangunan runtuh saat terjadi gempa bumi. Namun yang menjadi misteri adalah bagaimana blok batu besar tersebut bisa naik keatas dimana medan curam dan semak belukar disepanjang jalan menuju Machu Picchu.
Yang membuat saya kaget saat tiba-tiba mendengar tetesan air dari balik batu. Rasa penasaran membuat saya untuk menelusuri dari mana aliran itu datang dan turun kemana. Ternyata desain system drainase pun sangat hebat, aliran air dari atas turun kebawah masuk melewati kedalam bangunan batu lalu mengalir kesaluran yang dibuat mengalir hingga kebawah. Tentunya pembuatan bangunan ini penuh perhitungan dan tidak sembarangan. Karena sistem drainase butuh perhitungan dan konsep yang jelas agar tidak tersumbat atau terhenti karena terhalang bangunan sehingga air bisa memenuhi kebutuhan semua orang saat itu. Saat ini usia bangunan telah beratus-ratus tahun, namun masih bisa dilihat aliran air dengan baik apalagi pada masa dahulu, gumam saya. Ada beberapa bangunan utama di Machu Picchu, yaitu Temple of the Sun (disebut Torreon), the Temple of Three Windows, the Temple of the Condor dan the Intihuatana.
Suasana di Machu Pichu
Setelah puas dan lelah menyusuri sisi Machu Picchu saya memutuskan untuk istirahat disalah satu pojok yang menghadap Huayna Picchu. Sambil menikmati coklat, roti, pisang dan air yang telah saya bawa, mata saya pun terus berputar menikmati pemandangan disana sambil memperhatikan kegiatan turis-turis lainnya.
Tak terasa sudah pukul 2 lebih, saya pun bersiap-siap turun menuju halte bus yang akan mengantarkan saya kembali ke Aquas Calientes. Saat akan keluar gate saya melihat ada stempel gambar Machu Picchu dekat counter petugas. Iseng saya cap saja stempel gambar Machu Picchu di buku paspor sebagai kenang-kenangan.
Selesai sudah pertualangan saya di Machu Picchu, segudang rasa yang saya dapat selama perjalanan ini. Walau capek melanda namun ada suatu rasa yang sulit dijelaskan muncul dihati. Rasa yang selalu membuat bibir ini tersenyum selama perjalanan pulang. Inilah rasa saat berhasil menaklukan sebuah mimpi.
Senyum bahagia yang hadir saat mimpi itu berhasil ditaklukkan